SURABAYA (Mediabidik) – Sejak tahun 2016 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPRD Jatim telah berinisiatif mengadakan lomba baca kitab kuning, karena menurutnya kitab kuning perlu dipelajari sebab merupakan salah satu sumber ilmu dan rujukan dalam memahami islam secara mendalam serta khazanah intelektual pemikir-pemikir islam banyak tertuang dalam kitab-kitab kuning.
Ketua F-PKS DPRD Jatim Ir.Yusuf Rohana menjelaskan sejak lomba baca kitab kuning yang diadakan pada tahun 2016 pesertanya sudah mencapai mencapai sekitar 1.300 orang untuk tingkat nasional. Sedangkan untuk Jatim pesertanya mencapai 119 orang.
" Alhamdulilah lomba baca kitab kuning yang digelar F-PKS Jatim mendapat antusias yang positif sehingga banyak peserta mengikuti lomba baca kitab kuning yang kami selenggarakan dan ini harus terus dihidupkan karena banyak manfaat dapat dihasilkan dari membaca kitab kuning," terang Yusuf Rohana saat di temui di ruang kerjanya, Senin (15/5).
Diterangkan Ustad Yusuf bahwa pada tahun 2017 ini F-PKS Jatim kembali menggelar kegiatan serupa, dengan kitab yang dilombakan Fatkhul Mu'in, Juara tingkat Jatim akan dikirim untuk lomba di tingkat nasional.
" Lomba digelar mulai 1 Juni hingga 18 Juni 2017 di masing-masing DPD di 38 kota/kabupaten. Selanjutnya babap final tanggal 16 Juli akan diselenggarakan di kantor DPW PKS Jatim Jl Gayungsari Barat X/33," terang Ustad Yusuf yang duduk di Komisi B DPRD Jatim
Adapun, masih terang Yusuf, kitab kuning penting untuk dipelajari karena merupakan salah satu sumber rujukan dalam memahami Islam secara mendalam di setiap pondok pesantren dan kemampuan membaca kitab kuning menjadi sangat esensial bagi setiap santri.
Diungkapkan, selain melestarikan budaya membaca kitab kuning, untuk PKS sendiri diharapkan lomba tersebut bertujuan untuk mengokohkan jati diri PKS sebagai partai dakwah yang memiliki kepedulian terhadap pesantren dan pendidikan Islam
Dalam kultur pesantren, kitab adalah rujukan yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap tingkatannya. Kitab-kitab di pesantren kerap disebut kitab kuning, karena umumnya dicetak dengan menggunakan kertas berwarna kuning, serta Kitab kuning yang berbahasa Arab juga dikenal dengan istilah kitab gundul, artinya tulisan bahasa Arab tersebut tak memiliki tanda bacaan (harakat). Itulah mengapa ilmu gramatika bahasa Arab, yakni nahwu dan sharaf, menempati posisi kunci di pesantren. (rofik)
Comments
Post a Comment