SURABAYA (Mediabidik) - Diduga dampak dari operasi tangkap tangan (OTT) 5 orang petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) Surabaya II oleh tim Saber Pungli Polrestabes Surabaya beberapa waktu lalu terkait punggutan liar (pungli) program sertifikasi massal swadaya (SMS) disalah satu wilayah di Surabaya.
Akibat terbongkarnya kasus tersebut, program sertifikasi massal swadaya yang ada di tiap-tiap kelurahan yang ada di Surabaya jadi terbengkalai alias mandek, salah satunya kelurahan Sumberejo Surabaya.
Seperti yang disampaikan Lurah Sumberejo kecamatan Pakal Surabaya ketika ditanya berhentinya program tersebut mengatakan, saya nggak tau karena petugas dari BPN ngak pernah ada yang kesini,
" Sejak adanya pergantian orang -orang baru, terus SK nya juga nggak ada yang kesini. Ya sampai saat ini, kira-kira setelah lebaran, "ungkap Lurah Sumberejo, Senin (28/8).
Dia menambahkan, kalau wilayah Sumberejo kordinatornya pak Junaedi, cuman sampai saat ini nggak pernah kesini, ngak pernah menghubungi dan nggak ada petugas yang kesini.
" Biasanya tiap Rabu kesini, sampai saat ini, kita disini juga menunggu kepastian dari BPN, "pungkasnya.
Sementara, berdasarkan informasi dari petugas BPN I jalan Puspa Raya Citra Land Surabaya Edi Susilo ketika dikonfirmasi terkait hal tersebut mengatakan, coba tanyakan ke kordinatornya, karena dia yang bertanggung jawab.
" Yang jadi kordinator siapa?. Karena dia yang bertanggung jawab,"ucapnya.
Ketika ditanya tentang informasi adanya pergantian petugas BPN, Edi membenarkan, dari 20 pejabat BPN 14 diganti baru,
" Kalau begitu sabar menunggu, karena dari 20 pejabatnya 14 diganti baru, " jelasnya.
Perlu diketahui, program sertifikasi massal swadaya yang dicanangkan Menteri Agraria Sofyan Jalil di tiga kota besar diantaranya Jakarta, Surabaya dan Batam sebagai percontohan bakal gagal terrealisasi, pasalnya semenjak adanya kasus OTT oleh 5 orang petugas BPN Surabaya II oleh Tim Saber Pungli Polrestabes Surabaya membuat trauma petugas BPN. (pan)
Comments
Post a Comment