SURABAYA (Mediabidik) - Memasuki awal 2017, PT Pertamina memberlakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di Jawa Timur yang mengacu dengan harga minyak dunia.
Area Manager Communication and Relation Pertamina MOR V Heppy Wulansari dalam keterangan persnya di Surabaya, Jumat (6/1/2017) mengatakan, PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (bbm) di wilayah Marketing Operation Region (MOR) V Jatim, Bali dan Nusa Tenggara untuk beberapa jenis, seperti Pertamax series, Pertalite, Pertamina Dex, dan Dexlite sebesar Rp 300 per liter.
"Penyesuaian ini merupakan kebijakan korporasi Pertamina dimana review dilakukan secara berkala setiap dua pekan," katanya.
Ia mengatakan, penyesuaian itu telah dilakukan terhitung mulai pukul 00.00 WIB, 5 Januari 2017, seperti harga jual Pertamax yang kini menjadi Rp 8.050/liter, dari sebelumnya Rp 7.750/liter.
Selain itu, Pertamax Turbo sebelumnya Rp 8800/liter, kini menjadi Rp 9.100/liter, dan Pertalite dari Rp 7.050 kini menjadi Rp 7.350/liter. Sedangkan untuk wilayah NTB dan NTT juga terjadi penyesuaian harga dari harga sebelumnya, namun merata harga di seluruh daerah tersebut naik Rp 300/liter untuk setiap produk.
Happy berharap, penyesuaian harga ini bisa terus meningkatkan pelayanan Pertamina kepada konsumen dan menjamin ketersedian stok BBK di sejumlah SPBU.
Sementara itu, Ia juga menjelaskan konsumsi bbm non subsidi selama perayaan Natal dan Tahun baru 2017 mengalami kenaikan. Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di wilayah Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Jatim, Bali dan Nusa Tenggara mengalami kenaikan 10 persen dari konsumsi normal 5.330 Kilo Liter (kl) per hari menjadi 6471 KL.
Selain itu, Pertamax yang memiliki kandungan RON92 juga mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7 persen dari harian normal 3.045 KL, per hari menjadi 3.956KL. "Wilayah yang mengalami kenaikan paling tinggi adalah di Nusa Tenggara Barat sebesar 22 persen. Sedangkan di Bali Pertamax mengalami kenaikan 12 persen, dan di Jawa Timur mengalami kenaikan 5 persen," katanya.
Kondisi ini, kata Heppy berbeda dengan BBM jenis Premium dan Solar, yang mengalami penurunan sebesar 4 persen dari rata-rata harian normal menjadi 6883 KL, dan Solar mengalami penurunan konsumsi sebesar 6 persen dari rata-rata harian normal menjadi 6614 KL. (haria)
Comments
Post a Comment