SURABAYA (Media Bidik) - Gubernur Jatim Soekarwo menyatakan agar spin off Unit Syariah Bank Jatim ditunda karena masih ada beberapa kendala. Beberapa hal harus diselesaikan lebih dulu antara lain dana penyertaan modal untuk berdiri sendiri Bank Jatim Syariah dan peraturan lain
"Spin off mungkin masih kita diskusikan. Tapi mungkin ditunda 2017 karena beberapa persyaratan belum dipenuhi," kata Soekarwo, di sela-sela acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Jatim, kemarin.
"Spin off mungkin masih kita diskusikan. Tapi mungkin ditunda 2017 karena beberapa persyaratan belum dipenuhi," kata Soekarwo, di sela-sela acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Jatim, kemarin.
Soekarwo menambahkan, alasan penundaan pemisahan bank milik pemerintah Provinsi Jawa timur itu juga karena APBD Jatim tahun 2016 mengalami minus Rp1,5 triliiun. Ini menyebabkan APBD untuk penyertaan modal spin off tak mencukupi. "Kita minta penundaan, karena sudah minus Rp1,5 triliun. Belum lagi untuk cicilan (anggaran) pemilihan gubernur," tandasnya.
Sementara itu, terkait spin off ini, Direktur Utama Bank Jatim R Suroso menyatakan pihaknya akan mengacu pada keinginan para pemegang saham. "Kapan pemegang saham mau (spin off), maka akan kita laksanakan. Sekarang pun, sebenarnya kita sudah melayani karena sudah ada Unit Syariah," kata Suroso.
Ia menambahkan, untuk jajaran direksi Bank Jatim Syariah, kata Suroso, nantinya bisa diisi orang luar ataupun orang dalam. "Jajaran direksi ini memerlukan orang-orang profesional dibidangnya. Sehingga nanti sudah menjadi BUMD, Bank Jatim Syariah harus profit," imbuhnya. Untuk kelanjutan spin off, akan dibicarakan lagi dengan Komisi C DPRD Jatim, Pemrov Jatim, serta Otoritas Jasa Keungan (OJK).
Sementara itu, dalam RUPSLB, juga memutuskan pengembalian dana Sinoman tahun buku 2015 ke cadangan umum, juga melakukan perubahan peraturan dana pensiun (PDP), RUPSLB juga memutuskan pendirian dana pensiun pemberi kerja program pensiun iuran pasti. Selain itu, juga disepakati penggantian anggota dewan komisaris dari Hadi Sukrianto sebagai komisaris independen, digantikan oleh Rudi Purwono.
Suroso juga menjelaskan kinerja Bank Jatim. Selama periode Mei 2016, Bank Jatim mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pertumbuhan tersebut tercermin dari peningkatan total aset sebesar Rp52,69 triliun atau mengalami kenaikan sebanyak 10%.
Penyaluran kredit juga mengalami kenaikan sebesar 5,85% atau Rp29,13 triliun. Laba sebelum pajak juga mengalami kenaikan sebesar 13,02% atau Rp675,16 miliar, dengan laba bersih Rp477,21 miliar. Sedangkan rasio keuangan pada Mei 2016 tumbuh di atas rata-rata benchmark antara lain Return Of Equity (ROE) Mengalami peningkatan sebesar 21,44 persen.
Bank Jatim juga mampu meningkatkan efisiensi sebanyak 69,19%. Ia juga menegaskan bahwa penyaluran Corporate Sosial Responsibility (CSR) kepada masyarakat sudah berjalan dengan baik, seperti yang dilakukan pada awal Mei 2016, di antaranya, pemberian bantuan pembinaan olah raga bagi atlet voli di kantor pusat, mengadakan kegiatan khitan massal dan pemberian 1 unit mobil ambulans ke PMI Sampang. Kemudian, pembangunan 16 unit RTLH, pemberian 800 paket sembako di kantor cabang Tuban dan pemberian beasiswa kepada 125 mahasiswa Universitas Madura. Di samping itu, Bank Jatim juga meraih 6 penghargaan bergengsi di tingkat nasional. (rofik)
Comments
Post a Comment