SURABAYA (Mediabidik) – Proyek pembangunan Bozem (Telaga) milik PU Bina Marga dan Pematusan Pemkot Surabaya yang berlokasi di Manukan Tirto RT 07 RW 08 kelurahan Manukan Kulon kecamatan Tandes Surabaya resahkan warga. Pasalnya dampak dari pembangunan proyek tersebut mengakibatkan rumah warga amblas dan miring akibat erosi tanah yang disebabkan pengerukan tanah yang mengunakan alat berat eksavator.
Harjo warga RT 07 RW 08 Manukan Tirto mengatakan, informasinya mau digunakan bozem, karena proyek ini tidak ada master plan atau perencanaanya. Ironisnya untuk proyek ini tidak ada rapat atau sosialisasi sama sekali ke warga.
"Mestinya kalau prosedur yang benar harus ada sosialisasi ke warga, malah RT nya (Mudjiono-red) Cuma da pemberitahuan melalui WA saja. Apakah itu sudah sesuai aturan, mestinya birokrasi harus ada pemberitauan secara tertulis,"ungkapnya saat di temui dilokasi proyek, Kamis (10/5/2018).
Mantan pegawai Semen Gresik ini juga menambahkan, memang tanah ini tanah fasum milik pemkot. Tapi yang disana itu rumah yang roboh milik pak Yani ada sertifikatnya, tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut ganti rugi dari pemkot.
"Karena pengerukan tersebut dua rumah longsor, milik pak Yani dan pak Salim,"terangnya.
Hal senada disampaikan Mudjiono Ketua RT 07 RW 08 Manukan Tirto, dari awal tidak ada sosialisasi, pemberitauan awal RW ada undangan rapat di kelurahan melalui WA dari kelurahan. Kemudian pak RW datang dan saya diberitau oleh pak RW kalau nanti ada pengerukan telaga, tapi sebelum pengerukan nanti ada pengukuran dulu, mohon bagi warga yang berdekatan dengan telaga sertifikatnya dikumpulkan dulu.
"Tau-tau petugas PU itu masuk tanpa permisi, masuknya melalui Lempung. Waktu ta tanyakan mana surat tugasnya, katanya itu sudah perintah, dan mereka langsung mengeruk tanpa permisi ke saya Ketua RT 07,"terangnya.
Masih menurut Ketua RT 07 RW 08, awalnya tanah tersebut tanah milik desa, karena jadi kelurahan maka diambil oleh pemerintah kota. Di sini ada 13 warga yang terdampak karena proyek tersebut diantaranya rumah ambrol (longsor), miring dan retak. Yang paling parah rumah milik pak Yani dan pak Salim ambrol dan miring.
" Infonya dari dari PU suruh mendata dulu, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan sampai sekarang, dari bulan Februai kemarin."jelasnya.
Mudjiono melanjutkan, karena kelamaan menunggu ngak ada realisasi dari PU, ahkirnya kita kirim surat ke Bu Wali sudah seminggu ini, bahkan sudah kita kirim melalui email.
" Informasinya yang mengusulkan warga Lempung kita yang ketiban dampaknya, tanpa permisi dan kulo nuwon, warga saya yang terkena dampak hampir lima puluh persen. Selain itu goorng-gorong rusak semua dan paling parah dampaknya RT 07,"pungkasnya. (pan)
Teks foto : foto lokasi rumah warga yang amblas akibat pengerukan tanah yang mengunakan alat berat exsavator.
Comments
Post a Comment