SURABAYA (Mediabidik) - DPD Partai Gerindra Jatim masih bersikap optimistis poros emas yang terdiri dari koalisi Gerindra, PAN dan PKS di pilgub Jatim 2018 tetap terbentuk.
Untuk diketahui, Gerindra memiliki 13 kursi DPRD Jatim, PAN 7 kursi dan PKS 6 Totalnya 26 kursi dan cukup untuk mengusung pasangan calon. Jika ditinggal PKS yang cenderung mendukung Gus Ipul - Mas Anas, Gerindra - PAN masih cukup dengan 20 kursi. Tetapi jika ditinggal PAN, Gerindra-PKS hanya 19 kursi dan kurang satu kursi untuk mengusung paslon.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim Abdul Malik menegaskan, jika Gerindra pada akhirnya nanti tidak mendapat teman koalisi, pihaknya lebih cenderung mendukung poros Gus Ipul - Mas Anas dibandingkan poros Khofifah - Emil, mengapa?
"Kami lebih memilih Gus Ipul - Mas Anas. Ini karena kami masih berkeyakinan memilih pemimpin itu lebih cocok laki - laki," terangnya, Selasa (28/11).
Menurut politisi yang juga pengacara ini, Gerindra berkomitmen pada aturan partai dan tidak akan menyimpang dari hasil Rakerda.
"Saat itu ada nama Khofifah, Gus Ipul, M. Nuh dan La Nyalla yang diusulkan dalam Rakerda. Khofifah dan Gus Ipul sudah diusung parpol lain, M Nuh tidak berkenan dicalonkan, tinggal nama La Nyalla. La Nyalla tinggal digodok saja dan dipasangkan dengan cawagub dari PAN atau PKS," tuturnya.
Dia menduga ada skenario besar yang memang membuat Gerindra tidak bisa mencalonkan pada pilgub Jatim. Sinyalemen ini terjadi di Jawa Tengah, Jatim dan Bali. Ini menyangkut kepentingan pilpres 2019.
"Ini kan aneh, dari menteri masih ingin menjadi gubernur, derajatnya kan turun. Ini jelas ada misi khusus untuk pilgub rasa pilpres. Gerindra akan santai-santai saja, kami tidak yakin hanya dua poros. Kami masih yakin ada Poros Emas. Kami sudah berpacaran dan bermesraan, tidak punya etika moral dan etika politik jika PAN dan PKS meninggalkan Gerindra," pungkasnya. (rofik)
Comments
Post a Comment