SURABAYA (Media Bidik)– Kementrian Perhubungan (Kemenhub) meyakini, proyek angkutan massal cepat, khususnya untuk moda trem, sangat memungkinkan untuk diterapkan di Surabaya. Namun, yang patut diperkuat adalah, meningkatkan kedisiplinan pengguna jalan.
Direktur Keselamatan Direktorat Jenderal (Di tjen Perkereta Apian Kemenhub, Popik Montanasyah, usai menghadiri acara 'Keselamatan Perkeretaapian Dalam Penerapan Moda Baru Kereta Api' di salah satu hotel kemarin mengatakan, trem sudah ada di Surabaya sejak tahun 1960-an. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, akhirnya moda trem mulai ditinggalkan masyarakat. Untuk saat ini, meski jumlah kendaraan bermotor di Surabaya jumlahnya mencapai jutaan, moda trem masih tetap memungkinkan untuk diterapkan. "Masalahnya itu dipengguna jalan. Kalau disiplin, tidak ada terjadi kecelakaan. Kan masing-masing sudah ada jalurnya. Jalur trem sendiri dan jalur moda kendaraan bermotor ada sendiri," katanya.
Menurut Popik, terjadinya kecelakaan, khususnya kereta api karena pengguna jalan sering tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Di kota-kota besar, sebagian besar pengguna jalan saling berebut untuk mendahului. Nah, terkadang ketika hendak mendahului, rambu-rambu larangan tidak diperhatikan. Akibatnya terjadi kecelakaan. Untuk proyek trem di Surabaya, pihaknya masih akan mempelajari lebih detil lagi. "Kami masih akan mempelajari jalur mana saja yang akan dilalui oleh trem ini. Ini kan sudah masuk pada DED (detail engineering design). Kemudian amdalalin (analisa dampak lalu lintas) dan dampak sosialnya juga akan dikaji. Yang mengkaji amdal ini bisa dari akademisi atau dari lembaga swasta lain yang kompeten," jelasnya.
Lebih jauh Popik menambahkan, prinsip utama dari terjadi kecelakaan adalah ketika satu moda transportasi dengan moda transportasi lainnya berada dalam satu bidang. Jadi tidak pemisahan. Jalur busway di Jakarta, juga dipisah dengan kendaraan yang lain untuk menghindari kecelakaan. Selain mempelajari jalur mana saja yang akan dilewati oleh trem, saat ini pihaknya juga tengah mengkaji pengaturan lalu lintas ketika trem ini dikerjakan. Diperkirakan, akhir Oktober ini kajian lalu lintas tersebut selesai. "Ada empat hal soal keselamatan, yaitu prasarana, sarana (kereta api), aturan berlalu lintas dan SDM yang disiplin," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang juga hadir dalam acara ini mengaku pihaknya sudah mengecek jalur yang akan dijadikan rute trem. Pengecekan ini dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku operator proyek trem. Pengecekan jalur ini dilakukan untuk memperkuat data sebelum nantinya proyek ini dikomunikasikan dengan kabinet yang baru. "Saya sengaja (melakukan pengecekan jalur) supaya cepat selesai. Datanya kami siapkan semua. Kalau sudah selesai, akan kami bicarakan dengan kabinet baru, supaya bisa klop dan nggak sia-sia. Nanti akan kami komunikasikan soal pendanaannya seperti apa," katanya.
Untuk saat ini, yang disurvei adalah jalur trem milik KAI yang tidak difungsikan sejak lama. Jalur yang sudah disurvei adalah jalur rel utara–selatan. Di antaranya, trem rute Diponegoro–Pandegiling–Tugu Pahlawan serta Darmo–Tugu Pahlawan. Survei bakal dilakukan di semua jalur trem yang saat ini sudah tidak difungsikan. Beberapa jalur yang mati sejak lama adalah Jalan Semarang–Pasar Turi–Ujung. Ada juga Wonokromo–Jembatan Merah yang dulu disebut-sebut sebagai jalur paling sibuk. Trem nanti akan dimulai dari Terminal Joyoboyo di selatan Surabaya. Lalu berlanjut ke Jalan Raya Darmo-Jalan Kombespol M Duryat. Untuk tahap pertama proyek ini, PT KAI sudah menyiapkan anggaran Rp125 miliar. Sedangkan kebutuhan dana sendiri totalnya mencapai Rp2,2 triliun. "Jalur yang akan kami hidupkan minimal seperti yang dulu. Karena kota sekarang sudah berkembang, nanti akan ada penambahan jalur," pungkas mantan kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.(Topan)