Skip to main content

Korban Penganiayaan Malah Jadi Tersangka



SURABAYA - Edi Suprijoto, warga Perumahan Bumi Citra Fajar Sidoarjo, yang menjadi korban dugaan pengeroyokan dan menjadi pelapor dalam kasus tersebut, kini hanya bisa pasrah. Sebagai korban, Edi masih berharap jika polisi bertindak adil dan mencari kebenaran tanpa ada intervensi dari pihak manapun.


Namun, sayangnya gelar perkara yang diharapkan korban bisa memihaknya malah justru sebaliknya. Banyak hal-hal yang harusnya menjadi hak korban dalam gelar perkara tersebut, justru tak diberikan.
Pihak korban menilai, gelar perkara ini memang sengaja sudah disetting. niat korban untuk terus mencari keadilan, justru malah terus diarahkan menuju perdamaian.

Semua kekesalan itu dikemukakan Sugeng Hari Kartono, kuasa hukum Edi Suprijoto, mewakili kliennya. Lebih lanjut Sugeng mengatakan, ada beberapa hal yang dirasa tidak adil bagi Edi selaku kliennya dan itu menunjukkan adanya keberpihakan polisi ke pihak terlapor.

"Point pertama yang menjadi keberatan kami adalah, kami selaku pihak pelapor yang menjadi korban atas dugaan tindak pidana pengeroyokan yang dilakukan Martinus, Sunarsih alias Ing, Haryanto dan Erwin, datang ke Polda Jatim atas undangan gelar perkara dengan materi dugaan pengeroyokan yang sudah kami laporkan ke Polsek Sidoarjo Kota, " ujar Sugeng.

Namun, lanjut Sugeng, begitu mengikuti gelar perkara, Wasidik Polda Jatim dan beberapa pejabat di jajaran Polda Jatim yang ikut dalam gelar perkara ini, lebih menitik beratkan pemeriksaan dengan materi dugaan penganiayaan, dimana dalam kasus dugaan penganiayaan ini, Edi Suprijoto malah sebagai terlapor dan sudah ditetapkan sebagai tersangka.

"Untuk pemeriksaan materi pengeroyokan yang kami laporkan, hanya diberi porsi sedikit. Maksudnya, laporan kami tentang adanya pengeroyokan yang menimpa Edi Suprijoto, hanya berlangsung sebentar, kurang dari 15 menit, " ungkap Sugeng.

Selain itu, Heni Dwi Adriani, saksi yang kami hadirkan karena melihat kejadian pengeroyokan tersebut, sama sekali tidak didengar kesaksiannya bahkan, salah satu polisi wanita yang ikut dalam gelar perkara ini dengan entengnya berpendapat jika kesaksian Heni Dwi Adriani tidak perlu didengar di muka gelar perkara, karena semua pengakuannya itu sudah tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi (BAP) saksi.

"Untuk mengungkap dan memperkuat adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan Edi Suprijoto kepada Martinus, Edi yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, terus dicecar dengan berbagai pertanyaan, mulai seputar penganiayaan yang terjadi saat itu, mendengarkan kesaksian Slamet yang waktu itu berada di lokasi, menunjukkan visum et repetum atas nama Martinus sebagai korban penganiayaan dan menunjukkan baju milik Marinus yang dipakai saat penganiayaan itu terjadi, " jelas Sugeng.

Masih menurut Sugeng, acara gelar perkara yang dilakukan itu terlihat ada keberpihakan polisi ke pihak Martinus dan kawan-kawan. Tidak seharusnya gelar perkara ini dipakai sebagai ajang untuk mengadili Edi Suprijoto. Seharusnya, polisi Polda Jatim dan bersikap netral dan tidak terlalu berpihak kepada salah satu pihak.

Untuk diketahui, Edi Suprijoto harus menjadi tersangka dalam kasus ini berawal dari adanya pengeroyokan yang terjadi 28 Februari 2014. Saat itu, Edi dan istrinya mengadakan acara doa memperingati 40 hari kematian Suheri, ipar Edi.

Tiba-tiba terjadi perdebatan antara Darwin, anak angkat Suheri dengan Aryanto, Martinus, Erwin dan Sunarsi alias Eeng. Martinus Cs meminta supaya harta peninggalan Suheri tidak diberikan ke Darwin. Aksi debat itu dilerai tetangga Edi, dan meminta supaya semua pihak tidak membuat keributan diacara memperingati 40 hari kematian Suheri tersebut.

Martinus yang tersinggung karena diperingati, tiba-tiba memukul tetangga Edi yang sudah melerai tersebut. Edi kemudian mempertanyakan sikap Martinus yang sudah memukul tetangganya itu. Aryanto, Martinus, Erwin dan Sunarsi yang sudah emosi malah mengeroyok Edi.

Edi dipukul dan diinjak-injak hingga menyebabkan tangannya patah dan berlumuran darah. Edi pun melaporkan peristiwa itu ke Polsek Kota Sidoarjo. Karena luka yang dialami cukup serius, petugas meminta supaya Edi di bawa ke rumah sakit untuk divisum dan di obati.()
pan

Popular posts from this blog

Dalih Partisipasi Masyarakat, SMAN 8 Surabaya Wajibkan Siswa Bayar Uang Iuran Rp 1,5 Juta

Mediabidik.com - Berdalih iuran partisipasi masyarakat (PM), SMAN 8 Surabaya wajibkan siswa bayar uang iuran pembangunan sekolah sebesar Rp 1,5 juta. Jika tidak membayar siswa tidak dapat ikut ujian. Hal itu diungkapkan Mujib paman dari Farida Diah Anggraeni siswa kelas X IPS 3 SMAN 8 Jalan Iskandar Muda Surabaya mengatakan, ada ponakan sekolah di SMAN 8 Surabaya diminta bayar uang perbaikan sekolah Rp.1,5 juta. "Kalau gak bayar, tidak dapat ikut ulangan," ujar Mujib, kepada BIDIK. Jumat (3/1/2020). Mujib menambahkan, akhirnya terpaksa ortu nya pinjam uang tetangga 500 ribu, agar anaknya bisa ikut ujian. "Kasihan dia sudah tidak punya ayah, ibunya saudara saya, kerja sebagai pembantu rumah tangga. Tolong dibantu mas, agar uang bisa kembali,"ungkapnya. Perihal adanya penarikan uang iuran untuk pembangunan gedung sekolah, dibenarkan oleh Atika Fadhilah siswa kelas XI saat diwawancarai. "Benar, bilangnya wajib Rp 1,5 juta dan waktu terakh...

Dukung Penyelenggaraan Layanan QRIS Trans Jatim, Bank Jatim Raih Penghargaan

SURABAYA|Mediabidik.Com - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) terus bersinergi dengan program-program Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) demi memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat. Salah satu bentuk support Bank Jatim, yaitu memfasilitasi kemudahan pembayaran transportasi bus Trans Jatim.  Berkat pelayanan prima yang diberikan oleh BJTM itu, perseroan berhasil mendapatkan apresiasi berupa piagam penghargaan dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur (Dishub Jatim) atas kerja sama penyelenggaraan layanan pembayaran non tunai melalui QRIS pada sistem E-Ticketing Trans Jatim. Piagam penghargaan tersebut diserahkan oleh Kepala Dishub Jatim Dr Nyono dan diterima oleh Direktur Kepatuhan Bank Jatim Umi Rodiyah dalam acara Peresmian Operasional bus Trans Jatim Koridor IV (Gresik - Lamongan) dan Trans Jatim Luxury, di Alun-Alun Lamongan, pada Jumat (9/8/2024). Turut hadir juga dalam kesempatan tersebut, Pj Gubernur Jawa Timur Adhy...

Pj Gubernur Jatim Lepas Atlet Jatim Menuju PON XXI Aceh-Sumut

SURABAYA|Mediabidik.Com - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono optimistis atlet kontingen Jawa Timur (Jatim) dapat membawa pulang gelar Juara Umum dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 di Aceh-Sumut pada 9-20 September mendatang. Hal tersebut disampaikannya saat melepas Kontingen Jawa Timur di Halaman Gedung Negara Grahadi Surabaya, pada Jumat (30/8/2024) sore.  Pelepasan tersebut ditandai dengan pemakaian jaket dan topi secara simbolis kepada perwakilan atlet dan pelatih oleh Pj Gubernur Adhy. Pj Gubernur Adhy mengatakan, optimisme raihan juara umum di PON kali ini sangatlah realistis. Mengingat pada gelaran PON XX di Papua tahun lalu, Jatim dapat menduduki juara ketiga. "Target tentunya yang terbaik lebih dari PON XX kemarin. Cita-cita kita jelas Juara Umum. Kita akan berjuang sekuat tenaga. Insya Allah nanti kami juga akan membersamai mereka bertanding. Kita doakan semoga Jawa Timur akan memperoleh juara umum atau paling tidak lebih daripada PON ke...