
Selama musim hujan tiba, masyarakat Surabaya bagian barat masih harus dihadapkan dengan masalah genangan air yang tinggi diwilayahnya, karena disamping menjadi tampungan debit air hujan yang diperparah oleh meluapnya sungai Brantas. Dan kondisi ini hanya bisa diatasi dengan pembangunan tanggul dan perbaikan drainase.
Masduki Toha menilai bahwa selama ini Pemkot Surabaya hanya memperhatikan beberapa wilayah di Kota Surabaya, utamanya pusat kota, sementara untuk bagian barat terkesan ada prilaku pembiaran.
"Bicara soal banjir yang selalu dikatakan sebagai genangan, seharusnya tidak hanya bicara di satu atau dua lokasi dan diekspose secara terus menerus, sementara masyarakat kami yang ada disini (Surabaya barat-red) seperti tandes, pakal, benowo, lakar santri, sambikerep, dll, masih harus menerima musibah genangan air yang cukup tinggi setiap tahunnya," Ucap Masduki. (8/2/15)
Dia juga memastikan bahwa Pemkot Surabaya tidak akan mampu membangun tanggul di sepanjang sungai Lamong, karena membutuhkan dana yang cukup besar. Untuk disarankan agar Pemkot Surabaya berkordinasi dengan BBWS yang merupakan instansi kepanjangan tangan pemerintahan pusat.
"Jangan hanya menunggu anggaran dari APBD, karena kemungkinan itu tipis, harusnya Pemkot Surabaya bisa menggandeng Balai Besar Wilayah Sungai (BBPWS) sehingga bisa di bantu oleh pusat dengan anggaran APBN, masalahnya dana yang dibutuhkan sangat besar," Tegasnya.
Masih Masduki, saya berharap Surabaya bisa seperti Kabupaten Gresik yang kini sedang membangun tanggul di dipinggir sungai Lamong dengan APBN, sehingga warga kota Surabaya di wilayah barat bisa terbebas dari ancaman banjir atau genangan tahunan. Kalau tidak dilakukan, maka menurut saya Pemkot Surabaya masih kalah piawai dengan Pemkab Gresik. (cox)