Skip to main content

Kenali Gejala Sakit Cukup Lewat Start Up & App Bidang Kesehatan

SURABAYA (Mediabidik) - Aplikasi kesehatan, bagi orang awam ini merupakan hal tabu, terutama bagi generasi X dan Y. Wajar saja banyak masyarakat yang telat mengetahui setiap penyakit yang ada dalam diri. Seperti pengalaman yang dirasakan dr Niko Azhari SpBTKV (K) VE FIHA ketika tau ada salah satu pasiennya datang dengan kondisi penyakit varises yang sudah demikian parah.

Saat itu seorang pasien perempuan berusia 70 tahun asal Jepara datang kepadanya dalam kondisi kaki yang sudah memiliki luka yang tak kunjung sembuh akibat varises stadium 4. Dengan kondisi tersebut, sang pasien harus menjalani operasi laser (EVLA) di RS Universitas Airlangga.

Hal paling utama di rasakan oleh dr Niko adalah sangat di sayangkan sekali, karena pasien sangat terlambat mengetahui penyakitnya, dan ironisnya kejadian seperti ini bukanlah pengalaman pertama pria 39 tahun ini menerima pasien yang terlambat mengetahui penyakit varises yang bisa berpotensi fatal.

"Padahal, kalau penyakitnya diketahui lebih awal, bisa belum harus atau perlu operasi," ujar dr. Niko Azhari Hidayat SpBTKV(K)VE FIHA, Founder Vascular Indonesia.

Pengalaman pribadinya dalam mendapatkan pasien yang di sinyalir terlambat mengidentifikasi penyakitnya, pria yang juga sebagai dosen fakultas kedokteran UNAIR, yang bertugas sehari-hari di RS Universitas Airlangga Surabaya ini merasa bahwa, salah satu terlambatnya identifikasi dini penyakit, yakni akibat masih minimnya akses informasi kesehatan, yang mampu menjadi wadah bagi masyarakat atau  pasien untuk mendapatkan berbagai informasi perihal kesehatan.

Dr. Niko Azhari Hidayat SpBTKV(K)VE FIHA sebagai perintis pioneer penggiat tehnologi kesehatan (Healthtech) di Indonesia, khususnya bagian timur, mengajak seluruh penggiat start up dan aplikasi yang fokus di bidang kesehatan untuk berkolaborasi dalam satu acara Health Apps & Startup Technology Airlangga Generation 1.0(#HASTAG1.0).

"Saya ingin kita bersama2 menyelamatkan lebih banyak orang Indonesia yang menderita penyakit melalui peningkatan digitalisasi kesehatan, dimulai dari Surabaya Jawa Timur". Lewat  aplikasi kesehatan yang terpadu, pasien yang tidak punya waktu untuk berkonsultasi langsung dengan dokter bisa belajar sendiri tentang segala macam hal terkait berbagai penyakit. Saya ingin masyarakat lebih pintar mendeteksi dini penyakitnya," imbuhnya.

Melalui event bernama HASTAG 1.0 yang turut dihadiri dr. Gregorius Bimantoro (PROSEHAT), dr.Rahadian (Brain Tumor Indonesia), dan dr. Irwan (HALODOC). dr Niko selaku penggiat acara ini, yang saat ini sudah memiliki setidaknya 3 Brand : Varises Indonesia, AV Shunt Indonesia & Kaki Diabet Indonesia, sengaja mengajak para professional starup aplikasi kesehatan seperti AloDokter Halodoc, Docquity, Prosehat, Healthtech.id, Klik Hospital, Brain Tumor Indonesia, Support Circle Indonesia, Inmed, Edudok dan masih banyak lagi, untuk mengkolaborasikan keahliannya masing masing dalam mengeplore informasi kesehatan melalu aplikasi yang sangat mudah di jangkau masyarakat, di era digitalisasi.

"Jadi nantinya tak hanya infomasi kesehatan soal varises saja, tapi juga jenis penyakit lainnya, termasuk disitu juga aka nada referensi obat untuk penanganan gejala penyakit yang dialami, karena di aplikasi tersebut juga ada ahli farmasi/ apoteker". ungkapnya.

Diharapkan dalam kegiatan ini bisa berkelanjutan menarik para penggiat start up & app bidang kesehatan untuk bisa berkolaborasi menjadi lebih besar, hal ini mengingat keprihatinan yang tinggi akan pasien2nya yang dirasa masih sangat kurang akses kesehatan, akses informasi yang layak sehingga proses kesembuhan masing dalam rantai yang Panjang, untuk itu dengan Digital Health yang beliau kembangkan melalui aplikasi, diharapkan memutus rantai Panjang pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Peran pemerintah propinsi maupun kota tergerak untuk berkenan serta terbuka dalam program Social Impact untuk masyarakat Jawa Timur, agar masyarakat lebih mudah mendapatkan akses dan informasi bidang kesehatan melalui digital, yang juga bisa berkonsultasi secara langsung soal kesehatan ditengah kesibukan masyarakat yang tidak bisa meluangkan waktu untuk berkonsultasi secara gratis. Sukses & lancarnya kegiatan tersebut seiring dengan program Pemerintah dalam Digitalisasi Kesehatan serta memperkuat landasan Smart City yang sekaligus Healthy, Smart & Healthy City usul dr.Niko Azhari juga berharap agar sustainabilitas program dan semangat penggiat healthtech mendapat respon yg positif dari Pemerintah. (pan)

Comments

Popular posts from this blog

Tahun Depan, RS BDH Dilengkapi Fasiltas Medician Nuklir

SURABAYA (Mediabidik) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mematangkan desain dan konsep fasilitas kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada (BDH). Bahkan, pemkot sudah menargetkan tahun 2020 nanti, rumah sakit itu sudah dilengkapi fasilitas tersebut. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan menurut data selama ini, pasien-pasien yang membutuhkan penanganan selalu keluar kota, terutama pasien penyakit kanker. Sebab, di Surabaya hanya ada di RSU Dr Soetomo. Makanya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta Dinkes untuk menyediakan fasilitas kedokteran nuklir ini demi warga Kota Surabaya. "Itu lah mengapa kita buat kedokteran nuklir ini, supaya warga Surabaya tidak perlu keluar kota untuk mendapatkan pelayanan ini," kata kata Feni-sapaan Febria Rachmanita saat jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya, Rabu (23/10/2019). Menurut Feni, jumlah pederita penyakit kanker payu darah tahun 2018 mencapai 5.63

Dalih Partisipasi Masyarakat, SMAN 8 Surabaya Wajibkan Siswa Bayar Uang Iuran Rp 1,5 Juta

Mediabidik.com - Berdalih iuran partisipasi masyarakat (PM), SMAN 8 Surabaya wajibkan siswa bayar uang iuran pembangunan sekolah sebesar Rp 1,5 juta. Jika tidak membayar siswa tidak dapat ikut ujian. Hal itu diungkapkan Mujib paman dari Farida Diah Anggraeni siswa kelas X IPS 3 SMAN 8 Jalan Iskandar Muda Surabaya mengatakan, ada ponakan sekolah di SMAN 8 Surabaya diminta bayar uang perbaikan sekolah Rp.1,5 juta. "Kalau gak bayar, tidak dapat ikut ulangan," ujar Mujib, kepada BIDIK. Jumat (3/1/2020). Mujib menambahkan, akhirnya terpaksa ortu nya pinjam uang tetangga 500 ribu, agar anaknya bisa ikut ujian. "Kasihan dia sudah tidak punya ayah, ibunya saudara saya, kerja sebagai pembantu rumah tangga. Tolong dibantu mas, agar uang bisa kembali,"ungkapnya. Perihal adanya penarikan uang iuran untuk pembangunan gedung sekolah, dibenarkan oleh Atika Fadhilah siswa kelas XI saat diwawancarai. "Benar, bilangnya wajib Rp 1,5 juta dan waktu terakh

Dampak Cuaca Ekstrem, Dewan Desak Pemkot Monitoring Seluruh Papan Reklame

Mediabidik.com - Anggota Komisi A DPRD Surabaya Arif Fathoni meminta kepada tim reklame pemkot Surabaya, supaya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberadaan seluruh papan reklame di Surabaya. Monitoring dan evaluasi itu penting dilakukan untuk mengantisipasi papan reklame yang roboh akibat cuaca ekstrem. "Monitoring itu untuk mengetahui papan reklame yang tidak berijin atau masa berlaku ijinnya sudah habis" jelasnya disela acara pertemuan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Surabaya di gedung baru DPRD Surabaya, Selasa (07/01/2020). Thoni menegaskan Satpol PP harus tegas melakukan penertiban terhadap papan reklame yang ilegal itu. "Kami mendesak Satpol PP potong reklame ilegal. Kami banyak menerima informasi masyarakat akan keberadaan papan reklame yang tidak berijin" tegasnya. Pria yang juga menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar ini menekankan, kalau penertiban itu perlu dilakukan, pasca peristiwa pohon tumbang yang mengakibatkan 2 korban meni