SURABAYA (Mediabidik) - Dianggap tidak konsisten dalam mengaeal rekomendasi yang telah dikeluarkan untuk terminal yang ada diwilayah Surabaya barat. Pedagang Terminal Tambak Oso Wilangon (TOW) melaporkan Ombudsman Jatim ke Ombudsman Pusat. Langkah ini ditempuh sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap kinerja Ombudsman Jatim yang dianggap tidak konsisten.
"Surat pengaduan kepada Ombudsman Pusat sudah saya kirim via pos. Perihalnya soal kekecewaan pedagang terhadap Ombudsman Jatim. Tembusan surat ini kepada Presiden, Wapres, DPR dan MPR dan instansi lainnya di Jatim dan Surabaya," ujar Mulyono, pemilik stan makanan di Terminal Tambak Osowilangon, kemarin.
Mulyono mengatakan Ombudsman Jatim pada tahun 2012 telah mengeluarkan rekomendasi kepada Pemkot Surabaya agar bus semua jurusan masuk ke TOW. Kenyataanya sebanyak 256 bus yang masuk itu hanya 2 hari, karena bus tersebut lebih memilih mencari penumpang di luar terminal. Dan pedagang sendiri sudah beberapa kali menghadap Ketua Ombudsman Jatim Agus Widyarta, namun hanya diberi janji. Padahal kondisi TOW semakin sepi karena penumpang lebih memilih Terminal Purabaya karena bus jarang masuk ke TOW.
"Apapun alasannya Ombudsman Jatim harus melaksanakan rekomendasi dan saran yang sudah dikeluarkannya demi kepastian hukum yakni memasukan kembali 256 bus, baik AKDP (angkutan kota dalam propinsi) dan AKAP (angkutan kota antar propinsi). Masak rekom Ombudsman hanya dilaksanakan 2 hari, dan setelah itu tak berfungsi," tegasnya.
Dengan kondisi tersebut, ia meminta kepada Ombudsman RI meminta Ombudsan Jatim untuk melaksanakan kembali rekom yang sudah dikeluarkan itu. Selain itu memanggil dan memerintahkan Organda Jatim untuk taat melaksanakan Ombudsman Jatim.
Ketika dikonfirmasi kepada Ketua Ombudsman Jatim Agus Widyarta, yang bersangkutan sedang rapat. "Kami sedang rapat mas," cetusnya.
Untuk diketahui stan di TOW banyak ditutup pemiliknya sekarang ini. Penutupan itu dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar karena terminal di Surabaya Barat itu sepi.
Mulyono, pemilik 4 stan makanan di sana mengatakan dirinya terpaksa menutup 3stannya karena sepi. Sedangkan yang masih buka hanya tinggal 1 stan.
"Sekarang ini, saya buka dari pagi hingga sore, paling banter dapat Rp 20 ribu. Tentu tidak seimbang dengan biaya operasional, Terpaksa 3 stan saya tutup dan satu stan tetap buka," katanya.
Stan di TOW itu sendiri ada sekitar 36 unit. Sedangkan yang tutup hampir 50 persen, sedangkan sisanya ditutup oleh pemiliknya. Meski ditutup, pemilik stan masih diberi kewajiban oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya dalam hal ini Kepala Terminal TOW untuk tetap membayar retribusi.
Sepinya penumpang di TOW ini berdampak terrhadap pembeli. Menjelang sore, sudah tidak ada penumpang sehingga stan pun harus tutup sore hari. Sebab, bus banyak ngetem di Terminal Purabaya daripada di TOW. (pan)
Comments
Post a Comment